Obral…obral…
Diobral murah….
Diobral murah, Neng!
Hayo, siapa mau beli
Teriakan penjual itu menggema jelas di telingaku
Walau belum nampak batang hidungnya
Di hadapan mataku
Teriakannya cukup mewakili eksistensinya
Amboi, semangat jualnya patut ditiru
Obral…obral…
Diobral murah….
Diobral murah, Neng!
Hayo, siapa mau beli
Tak henti-hentinya ia berdeklamasi
Menjajakan dagangannya
Di lapak yang cukup lusuh
Dengan meja kayu seadanya
Siapa yang tak tergoda dengan kata “obral”nya
Yang beruang pun jika mendengar kata obral
Pasti dibelinya semua barang
Aku tergoda pada panggilannya
Kulangkahkan kaki menuju lapak lusuh itu
Nampaknya penjual obral itu sampai tak kelihatan
Batang hidungnya dikerumuni para pembeli
Obral memang kata yang manis
Di sini, di negara ini
Sampai rela berdesak-desakkan
Hingga sedikit bisa bernafas
Aku menyelinap diantara kerumunan masa
Yang berjubel di tengah keramain pasar raya
Penasaran hati tak mampu lagi ditawar
Ingin tahu apa yang dijual bapak itu
Hingga calon pembelinya membeludak
Seperti mahasiswa yang demo tahun 1998
Begitu ramai hingga
Kata demi kata yang terucap dari para pembeli
Tak dapat terdengar jelas
Gugup, suara gemetar penjual obral itu
Kini terdengar
Namun, hanya sesaat
Aku semakin penasaran
Tubuh kecilku berhasil menyelinap
Teriakan-teriakan itu semakin kudengar jelas
“Jangan diobral barang semewah ini”
Aku terpaku
Melihat kenyataan yang hadir di depan mata
Aku membisu
Tak mampu berkata walau sekecap
Setelah nyata yang kulihat
Setelah jelas yang kudengar
Terasa ada darah berwarna putih
Mengalir di atas pipiku
Inikah negeriku
Yang samuderanya kaya raya
Yang indah permai dengan sejuta pesonanya
Yang hijau seluruh daratannya
Kini terancam berpindah tangan
Hanya dengan harga obralan
Haruskah kurelakan
Dia menjadi milik orang
Ini tanah kelahiranku
Tempat berteduh siang dan malam
Dari badai dan topan
Tempat menikmati sentuhan kasih ibu pertiwi
Saat terasa gersang karena kurang kasih
Tempat meresapi pelajaran
Dari kisah nenek moyang
Tempatku didewasakan
Hingga sekarang menjadi orang
Jiwaku ada disini
Nyawaku pun juga disini
Tentu, aku tak rela jika harus melepasmu
Semoga ini hanya sekedar mimpi
Mimpi buruk yang tak perlu kembali
Apalagi nyata terjadi
Namun, hingga kini suara itu masih terdengar
Meski sayup-sayup aku mampu mendengarnya
Obral…obral…
Diobral murah….
Diobral murah, Neng!
Hayo, siapa mau beli
0 komentar:
Posting Komentar